77 CABANG IMAN

Penjelasan 77 Cabang Iman berdasar kitab Qomi'uth Thughyan
(Bahagian satu)

Rukun Iman dan Penjelasannya
Iman kepada Allah, artinya percaya bahwa Allah Swt Maha Esa, tak ada sekutu bagi-Nya, Maha Tunggal, tak ada yang menyamai-Nya dan menjadi tempat bergantung bagi hamba-Nya, tak ada yang membandinginya. Eksistensi Allah adalah Azali (masa yang tidak ada permulaannya), berdiri sendiri, Maha Abadi. Tak ada permulaan bagi wujud-Nya dan tak ada akhir bagi keabadian-Nya. Allah Maha Eksis, waktu tak akan merusak atau mengubah-Nya, karena Allah Maha Awal, Maha Akhir, Maha Jelas, Maha Samar. Allah terlepas dari sifat-sifat fisik dan tak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya.
2. Iman kepada Malaikat
Iman kepada Malaikat adalah membenarkan, bahwa mereka ada. Mereka adalah makhluk dan hamba Allah yang dimuliakan. Mereka tak pernah membantah atau meninggalkan segala yang diperintahkan-Nya. Malaikat adalah makhluk yang memiliki fisik yang lembut dan memiliki roh. Allah memberikan kemampuan kepada mereka untuk menjelmakan diri dengan segala bentuk fisik yang bagus.
Iman kepada Kitab-kitab Allah adalah membenarkan bahwa sesuatu yang diturunkan oleh Allah kepada para Nabi dalam bentuk kitab-kitab adalah wahyu dari Allah. Kitab-kitab itu mengandung beberapa hukum dan warta Allah.
Iman kepada para Nabi Allah adalah menyakini, bahwa mereka benar dan jujur dalam segala yang disampaikan dari Allah. Sebagian dari mereka ada beberapa orang yang diutus oleh Allah (Rasul) kepada makhluk-Nya untuk menunjukkan, menyempurnakan kehidupan dan masa depan (akhirat) makhluk-Nya. Allah mengukuhkan mereka dengan beberapa mukjizat (suatu keistimewaan yang mengalahkan semua yang dilakukan dan dibuat manusia) yang menjadi tanda-tanda kejujuran mereka. Mereka menyampaikan risalah dari Allah dan menerangkan kepada semua mukalaf (orang dewasa) segala yang diperintahkan Allah.
Iman kepada hancurnya alam adalah yakin akan hancurnya alam dunia, baik yang tinggi maupun yang rendah. Juga percaya akan terjadinya hari akhir (kiamat) dan segala yang berkait kepadanya, yaitu balasan amal, perhitungan amal, timbangan amal, jembatan Shiratal Mustaqim, Surga dan Neraka.
Iman ini adalah percaya bahwa Allah akan membangkitkan orang-orang mati, baik mereka di kubur di tanah, tenggelam di laut ataupun mati dalam lainnya. Yang akan dibangkitkan oleh Allah adalah fisik manusia itu sendiri, bukan sesuatu yang diciptakan sama dengan fisik itu. Hal ini sesuai dengan ijma’ (kesepakatan ulama).
Allah berfirman:
“Orang-orang kafir menyangka, bahwa mereka tidak akan dibangkitkan (setelah mati). Katakanlah (wahai Muhammad): “Ya, Demi Allah kamu pasti akan dibangkitkan (setelah mati)”.” (QS. At Taghabun:7)

Iman kepada takdir (Qadar) adalah dengan meyakini, bahwa Allah menciptakan segala sesuatu sesuai dengan pengetahuan-Nya (ilmu-Nya) sebelum sesuatu itu ada. Semua perbuatan makhluk sudah ditakdirkan oleh Allah. Maka seygyanya manusia merelakan segala yang telah menjadi qadha (vonis) Allah.
Dikisahkan dari Syaikh Afifuddin Azzahid, bahwa saat ia berada di Mesir, datang informasi kepadanya peristiwa di Baghdad, yaitu serangan orang kafir kepada kaum Muslimin. Kota Baghdad menjadi hancur, selama tiga setengah tahun vakum (kosong) dari pemimpin. Mereka mengalungkan mushaf Al Qur’an di leher-leher anjing dan membuang kitab-kitab para Imam di sungai Dajlah untuk dijadikan jembatan tempat kuda-kuda mereka menyeberang. Syaikh Afifuddin tak dapat mempercayai peristiwa tragis itu dan berkata: “Ya Tuhanku, bagaimana ini bisa terjadi. Diantara warga kota Baghdad itu banyak anak-anak yang tidak berdosa.” Setelah itu ia bermimpi melihat seorang lelaki yang membawa sebuah buku. Diambilnya buku ternyata di dalamnya terdapat dua bait syair:
“Tinggalkanlah protesmu, apa urusanmu. Tak ada hukum yang berlaku bagi semua yang bergerak di cakrawala ini. Dan janganlah kau tanyakan pada Allah mengenai tindakan-Nya. Barang siapa menyelam di tengah samudera maka binasalah ia.”

Imam kepada hasyr adalah meyakini bahwa semua makhluk setelah dibangkitkan dari kubur dan dikumpulkan akan digiring ke Mahsyar, yaitu suatu tempat berkumpul, berupa padang putih yang luas, rata dan lurus, tidak ada kelokan dan gundukan. Tak ada bukit yang dapat digunakan manusia untuk bersembunyi atau jurang untuk berlindung dari pandangan mata. Mahsyar adalah satu tanjakan yang membentang, tanpa naik turun. Mereka akan digiring kesana secara berbondong-bondong.
Tingkatan manusia dalam iring-iringan menuju mahsyar ini berbeda-beda sesuai dengan amal perbuatan mereka di dunia. Ada yang menaiki kendaraan, yaitu orang-orang yang bertakwa. Ada yang jalan dengan kakinya yaitu orang-orang islam yang kurang beramal (sedikit amal baiknya). Ada yang berjalan dengan wajahnya (kepalanya) atau jungkir yaitu orang-orang kafir. Dari tempat berkumpul itu kemudian mereka diarahkan ke surga atau neraka.
Setelah itu mereka akan melewati jembatan (Shirat). Dalam hal ini ummat Muhammad terbagi menjadi tujuh macam golongan, yaitu:
  1. Shiddiquun, yaitu orang-orang yang suka pada kebenaran atau sangat membenarkan ajaran Nabi, mereka berjalan melewati shirat dengan kecepatan tinggi bagaikan petir yang menyambar.
  2. ‘Alimun, yaitu orang-orang yang alim. Mereka berjalan melewati shirat bagaikan angin yang bertiup kencang.
  3. Budala’, Yaitu para wali Abdal (mulya), mereka berjalan melewati shirat bagaikan burung yang terbang dalam waktu singkat.
  4. Syuhada, yaitu orang-orang yang mati syahid. Mereka berjalan melewati shirat bagaikan kuda balap dalam waktu setengah hari.
  5. Hujjaj, yaitu orang-orang yang telah menunaikan ibadah haji dengan baik. Mereka berjalan melewati shirat dalam waktu sehari penuh.
  6. Muthi’uun, yaitu orang-orang yang taat beribadah kepada Allah. Mereka berjalan melintasi shirat dalam waktu sebulan.
  7. ‘Ashun, yaitu orang-orang yang durhaka(berbuat maksiat), tetapi masih memiliki iman. Mereka meletakkan kaki pada shirat, sementara dosa-dosanya ada di punggung mereka. Ketika mereka berjalan melintasinya, api neraka jahanam akan menjilat mereka. Tetapi saat itu api neraka jahanam akan melihat sinar iman di dalam hati mereka, maka berkatalah ia :”Selamatlah kau wahai orang yang beriman. Sesungguhnya sinarmu memadamkan baraku.” Keterangan ini sebagaimana dikemukakan oleh Imam Muhammad Al Hamdani.
Di padang mahsyar semua makhluk merasa malu ketika dihadapkan kepada Tuhan Yang Maha Perkasa. Masing-masing sibuk dengan dirinya sendiri, bertebaran bagaikan laron. Teman-teman dekat bertemu, saling melihat dan saling mengenal, tetapi mereka tidak saling menyapa. Mereka dalam keadaan telanjang kaki, telanjang bulat dan berjalan kaki.
Rasulullah Saw bersabda:
“manusia dibangkitkan dalam keadaan telanjang kai, telanjang bulat dan belum dikhitan. Mereka akan dikendalikan oleh keringat yang mencapai daun telinga.”

Iman kepada adanya surga adalah percaya, bahwa surga merupakan tempat yang abadi bagi orang Muslim, yaitu orang yang meninggal dalam keadaan Islam, meskipun pernah menjadi orang kafir.
Yang termasuk muslim adalah orang muslim yang berbuat maksiat (selain syirik), tempat kembali dan tempat abadi baginya adalah surga. Maka apabila ia masuk neraka, tidak akan abadi di dalamnya. Bahkan siksa neraka tidak selalu dirasakannya selama berada di dalamnya, karena sejenak setelah masuk ke dalamnya ia akan mati (mati sejenak, ini hanya Allah yang mengetahui ukurannya). Ia tidak akan hidup lagi sebelum keluar dari neraka. Yang dimaksud mati disini adalah bahwa ia tidak merasakan pedihnya neraka, karena ia mengalami kematian yang sesungguhnya dengan lepas nyawa.
Iaman kepada neraka jahanam adalah percaya bahwa jahanam nama bagi beberapa neraka yang ada, adalah tempat yang abadi bagi orang kafir, yaitu orang yang meninggal dalam keadaan kafir meskipun sepanjang hidupnya sebelum detik kematiannya ia beriman. Yang termasuk kafir adalah orang yang sudah mampu berpikir (baligh), kemudian ia tidak mencari kebenaran (iman dan islam) dan tidak menjalankan taqlid (mengikuti orang lain yang beriman tanpa mengetahui dalil-dalilnya) yang wajib baginya. Anak-anak (yang belum baligh) dari orang-orang musyrik tidak termasuk kafir, mereka berada di surga menurut pendapat yang sahih. Kriteria kafir dan muslim ini tidak berbeda bagi manusia dan jin.


Share on Google Plus

About SHARING INFORMASI

0 komentar:

Posting Komentar