Jika kita
tanyakan pada masyarakat “berapa jumlah ayat Quran ?” maka pasti dapati jawaban
yang sang populer di tengah masyarakat bahwa jumlah ayat Al-Qur’an adalah 6666
(enam ribu enam ratus enam puluh enam). Sebuah gabungan angka yang indah nan
cantik, mudah dihafal dan gampang diingat.
Dalam artikel
kali ini, kami mencoba menguraikan jumlah ayat yang sebenarnya berdasarkan
beberapa pendapat Ulama-Ulama Qiraat
Sekedar informasi
bahwa jumlah ayat Al-Qur’an yang 6236 itu adalah menurut itungan ulama’ Kufah,
sedangkan angka 6666 itu mungkin menurut itungan ulama lainnya (Saya
sendiri belum mendapatkan sumbernya). Sebagai langkah awal, pertanyaan
yang timbul dalam benak kami adalah:
1. Apa yang menyebabkan terjadi perbedaan pendapat dalam
menghitung ayat Qur’an?
2. Berapa Jumlah Ayat Qur’an yang sebenarnya?
3. Berdosakan apabila salah dalam menjumlah total Ayat
Quran?
Pertanyaan
Pertama : “Apa yang menyebabkan terjadi perbedaan
pendapat dalam menghitung ayat Qur’an?”
Sudah menjadi lumrah dalam Islam tentang Perbedaan
pendapat, Perbedaan pendapat bukan terdapat dalam Fiqih saja, dalam perhitungan
jumlah Ayat Quran juga terdapat perbedaan pendapat, akan tetapi perbedaan
pendapat dalam perhitungan jumlah ayat Qur’an tidak berarti ada bagian dari Al-Qur’an yang
dikurangi, atau ada bagian dari Al-Qur’an yang ditambah. Sama sekali tidak dan perbedaan
pendapat mereka tentang jumlah ayat Al-Qur’an juga tidak berarti ada berbagai
macam Al-Qur’an, sama sekali bukan ini maksudnya.
Namun,
perbedaan pendapat para ulama’ tentang jumlah ayat Al-Qur’an hanyalah karena
perbedaan pendapat mereka tentang kapan suatu ayat dimulai dan kapan pula di
akhiri.
Dengan bahasa
lain, dengan kosa kata apa suatu ayat dimulai dan dengan kosa kata apa suatu
ayat di akhiri.
Sekedar contoh, firman Allah SWT:
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ
الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
Adakah firman Allah SWT ini dihitung sebagai satu ayat
ataukah dihitung sebagai dua ayat?
Bagi yang menghitungnya satu ayat, maka ayat ini dimulai
dengan kosa kata “shirata” dan diakhiri dengan kata “waladh-dhallin”.
Namun, bagi yang menghitungnya dua ayat, maka bagian yang
pertama dimulai dengan kosa kata “shiratha” dan berakhir dengan kosa kata
“alaihim”. Dan bagian ayat yang kedua dimulai dengan kosa kata “ghairi” dan
berakhir dengan kosa kata “waladh-dhallin”.
Jadi,
perbedaan mereka hanyalah perbedaan dalam menentukan awal dan akhir suatu ayat
saja. Atau, dengan bahasa lain, perbedaan pendapat mereka hanyalah berbeda
dalam titik awal dan titik akhir cara menghitungnya saja.
Contoh lain adalah firman Allah SWT:
يس وَالْقُرْآنِ الْحَكِيمِ
Firman Allah SWT ini terhitung satu ayat ataukah
terhitung dua ayat?
Bagi yang menghitungnya sebagai satu ayat, maka satu ayat
ini dimulai dari kosa kata “yasin” dan diakhiri dengan kosa kata “al-hakim”.
Namun, bagi yang menghitungnya dua ayat, maka, ayat yang
ke-1 adalah kosa kata “yasin”. Dan ayat yang kedua adalah “wal-Qur’anil hakim”.
Penjelasannya bisa juga disingkat menjadi: “perbedaan
pendapat diantara para ulama’, sebenarnya hanyalah perbedaan pendapat tentang
kosa kata akhir dari suatu ayat”. Sebab, dengan mengetahui kosa kata terakhir,
akan dapat diketahui dengan mudah kosa kata awal dari ayat berikutnya.
Pertanyaan Kedua: “Berapa Jumlah
Ayat Quran Menurut Pendapat Ulama?”
Untuk menjawab pertanyaan ini, alangkah mari kita simak
beberapa pendapat Ulama ulama Ulumul Quran.
1. Al-Madani al-Awwal. Dalam hitungan mereka, jumlah ayat
Al-Qur’an totalnya adalah 6217 ayat.
2. Al-Madani Ats-Tsani. Dalam hitungan mereka, jumlah ayat
Al-Qur’an totalnya adalah 6214 ayat.
3. Al-Makkiy. Dalam hitungan mereka, jumlah ayat Al-Qur’an
totalnya adalah 6210 ayat.
4. Al-Bashriy. Dalam hitungan mereka, jumlah ayat Al-Qur’an
totalnya adalah 6204 ayat.
5. Ad-Dimasyqi. Dalam hitungan mereka, jumlah ayat Al-Qur’an
totalnya adalah 6227 ayat.
6. Al-Himshi. Dalam hitungan mereka, jumlah ayat Al-Qur’an
totalnya adalah 6232 ayat.
7. Al-Kufi. Dalam hitungan mereka, jumlah ayat Al-Qur’an
totalnya adalah 6236 ayat.
Itulah beberapa
pendapat tentang jumlah Ayat Quran menurut Ulama ulama yang pakar dalam hal
Ilmu Fawashil
Tentang Angka
6666
Tentang
pendapat yang mengatakan bahwa jumlah total ayat Al-Qur’an adalah 6666, saya
sendiri belum mendapatkan sumbernya, “dari mana dan bagaimana bisa dalil
tersebut” tapi sayangnya, angka ini sudah kadung popular dikalangan masyarakat
awam.
Terkait dengan
hal ini, Imam Yusuf bin Ali al-Hudzali al-Yasykuri al-Maghribi (wafat 465 H)
berkata:
وَلَا خِلَافَ فِيْ سِتَّةِ آلَافٍ وَمِائَتَيْنِ … وَلَا
عِبْرَةَ بِقَوْلِ الرَّوَافِضِ وَالْعَامَّةِ: سِتَّةُ آلَافٍ وَسِتُّمِائَةٍ
وَسِتَّةٌ وَسِتُّوْنَ
Tidak ada
perbedaan pendapat dalam angka enam ribu dua ratusan … dan tidak perlu dipandang
(diperhitungkan) pendapat golongan rafhidhah dan masyarakat awam yang
mengatakan bahwa jumlah ayat Al-Qur’an adalah 6666. (lihat:
Al-Kamil fil Qiraat wal Arba’in az-Zaidah ‘Alaiha, hal. 103).
Lebih tidak mu’tabar lagi penjelasan tambahan terkait
jumlah ini, penjelasan yang mengatakan bahwa:
·
1000 ayat
berisi tentang ayat-ayat perintah.
·
1000 ayat
berisi tentang ayat-ayat larangan.
·
1000 ayat
berisi tentang ayat-ayat janji Allah.
·
1000 ayat
berisi tentang ayat-ayat ancaman Allah.
·
1000 ayat
berisi tentang berita dan cerita.
·
1000 ayat
berisi tentang ibrah dan permisalan.
·
500 ayat
tentang halal dan haram.
·
100 ayat
tentang do’a, dan
·
66 ayat
tentang nasikh dan mansukh.
Pertanyaan
Ketiga:” Berdosakan
apabila salah dalam menjumlah total Ayat Quran?
Sebagaimana telah saya jelasakan pada awal awal tadi
bahwa “perbedaan pendapat dalam menjumlahkan Ayat Quran, bukan berarti
menambah atau mengurangi ayat ayat Quran” maka dapat kita pahami bahwa
Kesalahan dalam menjumlahkan Ayat Quran tidaklah berdosa, sebab tidak merubah
isi dari kandungan Ayat Qur’an itu sendiri.
Inilah sedikit pembahasan tentang jumlah ayat Al-Qur’an
al-Karim.
Memang terdapat perbedaan pendapat para ulama’ tentang
jumlah total ayat Al-Qur’an, namun, perbedaan itu hanyalah terletak pada cara
menghitungnya saja, sama sekali bukan menunjukkan adanya perbedaan Al-Qur’an
yang mereka miliki, sama sekali tidak.
Dan dalam hal ini, telah ada ilmu khusus dan juga
kitab-kitab rujukan khusus yang membahas tentang masalah ini, sehingga
dipersilahkan bagi para pembaca untuk merujuk kepada ilmu khusus ini dan juga
rujukan-rujukannya yang mu’tabar, mu’tabar sesuai dengan bidang
spesialisasinya.
Wallahu’alam
Ijin post
BalasHapusTerimakasih
Alhamdulillah trimaksih infony
BalasHapus