Badai pasti Berlalu (Cobaan Ummul Mukminin Siti Aisyah ra)


Badai pasti Berlalu (Cobaan Ummul Mukminin Siti Aisyah ra)
Keluarga bahagia berarti bukan tanpa problem dan masalah, tapi keluarga yang sakinah mawaddad warahmah adalah keluarga yang mampu menyelesaikan permasalahan dengan arif dan bijaksana, inilah keadaan yang pernah di Alami oleh Siti Aisyah RA, Istri Rasulullah Saw.

Alkisah diceritakan bahwa dalam perjalanan pulang dari Perang Bani Muthaliq, Rasulullah Saw beserta Sahabat berisitirahat disuatu tempat. Saat itu Siti Aisyah ra yang ikut serta dalam perjalanan tersebut keluar untuk buang hajat, ketika akan kembali, kalung yang beliau pinjam dari saudaranya terjatuh. Akhirnya Siti Aisyah ra kembali ketempat semula untuk mencari kalung tersebut.

Pada saat itu, rombongan kaum muslimin kembali melanjutkan perjalanannya ke Madinah, orang orang yang mengangkat Haudaj (Tandu yang tertutup yang diletakkan diatas onta) Siti Aisyah tidak menyangka bahwa didalamnya tidak ada Siti Aisyah,karena orang yang mengangkatnya banyak dan Siti Aisyah juga bertubuh kurus, sehingga waktu mengangkat terasa ringan.

Maka ketika menemukan kalung tersebut dan kembali ketempat istirahat tadi, didapatinya tempat tersebut sudah kosong tidak ada seorangpun disana. Kemudia Siti Aisyah duduk dibawah pohon sambil berharap Rombongan Rasulullah kembali untuk menjemputnya. Saat itulah Siti Aisyah tertidur.
Pada saat itu pula dating seorang Sahabat Rasulullah Sofyan bin Mu’atthal yang tertinggal dari romongan Kaum Muslimim. Sofyan bin Mu’atthal sangat terkejut karena melihat Istri Rasulullah seorang diri sambil mengucapkan : Innalillahi Wainna Ilaihi Raji’un, Istri Rasulullah ?

Aisyah Terbangun dengan tanpa berkata sepatahpun, Sofyan bin Mu’atthal menundukkan ontanya untuk ditunggangi Oleh Siti Aisyah, dan dituntunnya sampai k Madinah.
Kejadian tersebut menjadi buah bibir penduduk Madinah dengan berbagai macam komentar. Hal itu dimamfaatkan oleh Tokoh Munafiq dengan menyebarkan berita berita dusta bahwa Siti Aisyah telah selingkuh. Berita tersebut akhirnya tersebar ke seluruh Kota Madinah, bahkan ada sebagian Kaum Muslimin yang termakan oleh berita tersebut.

Mengetahui berita tersebut, Rasulullah Saw diam tidak berkata apapun. Beliau langsung mengumpulkan Para Sahabat untuk meminta pendapat meraka. Sayyidina Ali ra secara kiasan sindiran meminta Rasulullah Saw untuk menceraikan Siti Aisyah ra sedangkan Usamah dan yang lainnya meminta Rasulullah untuk mempertahankannya dan jangan terpengaruh dengan berita fitnah tersebut.

Adapun Aisyah ra, beliau menderita sakit selama sebulan semenjak kepulangannya sehingga tidak mengetahui berita berita yang telah berkembang di tengah masyarakat, hanya saja beliau tidak merasakan kelembutan Rasulullah Saw sebagaiman yang dahulu beliau rasakan apabila dalam keadaan sakit. Hingga kemudian Ummu Misthah menceritakan hal yang sebenarnya, seketika itu Siti Aisyah menjumpai Rasulullah Saw dan mohon izin untuk pulang kerumah kedua orang tuanya. Siti Aisyah tidak kuasa menahan tangisnya, dua malam beliau terus menangis dan matanya tidak terpejam.

Namun akhirnya badai itupun berlalu, karean Rasulullah Saw mendapat wahyu dari Allah SWT yang menyatakan bahwa Siti Aisyah bebas dari tuduhan tersebut,
Firman Allah SWT :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَن يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَا مِنكُم مِّنْ أَحَدٍ أَبَداً وَلَكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَن يَشَاءُ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (An Nur :11)

Betapa gembiranya Rasulullah mendapat wahyu tersebut dan lansung menceritakan kepada Siti Aisyah ra. Kejadian ini kemudian dikenal dengan Haditsul Ifki (Berita Dusta).




Share on Google Plus

About SHARING INFORMASI

0 komentar:

Posting Komentar