Umat Muslim pada tanggal 10 Dzulhijjah setiap
tahunnya selalu melaksanakan ibadah haji yang utama, wukuf di Arafah. Pada
tanggal ini juga ada peringatan penyembelihan hewan kurban sebagai tanda takwa
dan cinta umat Muslim kepada pencipta mereka, Allah SWT. Tapi bagaimana sejarah hari raya Idul Adha (hari raya kurban)
ini sendiri? Semua dimulai dengan nabi Ibrahim AS yang diperintahkan oleh Allah
SWT untuk menyembeli anaknya sendiri, nabi Ismail AS sebagai tanda keimanannya
terhadap Allah SWT.
Asal-Usul Idul Adha (Hari Raya Kurban)
Dahulu kala saat nabi Ibrahim AS sedang berkurban
100 ekor unta, 300 ekor sapi, dan 100 ekor domba, ia berkata bahwa jumlah
tersebut tidak ada apa-apa, dan jika ia punya anak kelak akan ia sembelih
karena Allah. Pada saat ia berkata seperti itu, sebenarnya Sarah yang merupakan
istri nabi Ibrahim belumlah mengandung. Karena tidak kunjung mengandung, Sarah
menyarankan agar nabi Ibrahim menikahi seorang budaknya yang diperoleh dari
Mesir, yaitu Hajar. Setelah menikahi Hajar, nabi Ibrahim berdoa pada Allah di daerah
Baitul Maqdis, agar ia dipercayakan dengan seorang anak. Saat anak itu lahir,
nabi Ibrahim memberikannya nama Ismail yang berarti “Allah telah mendengar.”
Beberapa saat setelah Ismail lahir, Allah SWT
memerintahkan nabi Ibrahim untuk membawa Hajar, Sarah, dan Ismail kecil untuk
pergi ke daerah Canaan. Saat bersiap untuk perjalaan kembali ke Canaan, Hajar
bertanya apakah Allah SWT memerintahkan nabi Ibrahim untuk meninggalkan mereka.
Takut akan merasa sedih dan nantinya melanggar apa yang diperintahkan Allah
SWT, nabi Ibrahim tidak menoleh dan hanya mengangguk kecil yang dibalas dengan
keikhlasan Hajar untuk ditinggal. Meskipun nabi Ibrahim meninggalkan banyak
makanan dan minuman untuk Ismail dan Hajar, persediaan makanan itu habis dengan
waktu singkat, dan setelah beberapa hari mereka berdua mulai merasa lapar dan
dehidrasi.
Salah satu titik awal sejarah hari raya Idul
Adha (hari raya kurban) adalah saat Hajar berlari menuju gunung Safa dan
Marwah sebanyak tujuh kali demi mencari setetes air. Begitu ia mulai kelelahan,
ia akhirnya terkapar di samping Ismail kecil dan memohon bantuan pada Allah
SWT. Ada dua versi tentang munculnya mata air setelah Hajar memohon bantuan
pada Allah dimana yang pertama mengatakan ada mata air yang tiba-tiba muncul
dari bawah kaki Ismail kecil, sementara yang satu lagi mengatakan bahwa
malaikat Jibril memukul bumi dan menyebabkan mata air yang terus mengalir.
Nantinya, sumber mata air ini diberi nama sumur Zamzam.
Bertahun-tahun setelah kejadian tersebut, Allah
SWT memerintahkan nabi Ibrahim untuk kembali pulang dari Canaan, untuk
membangun tempat ibadah tepat di samping sumur Zamzam. Tempat ibadah yang
dibangun oleh nabi Ibrahim dan Ismail ini adalah Kakbah, dan nantinya menjadi
tempat orang-orang yang ingin mempererat hubungannya dengan Allah SWT.
Bagian kedua dari sejarah hari raya Idul Adha
(hari raya kurban) adalah pada saat Ibrahim ditagih janjinya untuk
mengurbankan anaknya sendiri oleh Allah SWT. Pada masa ini, Ismail sudah
diangkat menjadi nabi dan berumur sekitar 13 tahun. Penagihan janji oleh Allah
SWT dilakukan berkala melalui mimpi. Begitu nabi Ibrahim sadar, ia segera
berbincang dengan nabi Ismail untuk membawa nabi Ismail ke tempat yang
ditentukan untuk upacara kurban tersebut.
Begitu tiba di tempat, iblis mulai menggoda nabi
Ismail dengan hal-hal seperti nabi Ibrahim hanya membawanya untuk dibunuh.
Mengingat nabi Ismail sudah diangkat menjadi nabi, ia tidak gentar dan berkata
ia siap jika itu yang diperintahkan oleh Allah SWT. Iblis tidak habis akal dan
terus mencoba, namun tiba-tiba nabi Ismail mengambil beberapa kerikil di tanah
dan melemparkannya ke arah iblis. Prosesi ini yang kemudian dikenal sebagai
prosesi lempar jumrah.
Di luar dugaan, nabi Ismail benar-benar siap
untuk disembelih oleh ayahnya mengingat hal tersebut adalah perintah dari Allah
SWT. Ia bahkan meminta ayahnya untuk menutup wajahnya agar nabi Ibrahim tidak
merasa iba ataupun ragu untuk melaksanakan perintah dari Allah SWT. Ia juga
meminta nabi Ibrahim untuk menajamkan pedangnya dan memberikan beberapa wasiat
jika ia telah meninggal nanti. Karena mendengar permintaan dan perkataan nabi
Ismail inilah, nabi Ibrahim mengatakan bahwa nabi Ismail adalah kawan terbaik
dalam melaksanakan perintah dari Allah SWT. Begitu nabi Ibrahim mulai
menggoreskan pedangnya, pedang tersebut selalu terpental. Ismail lalu berkata
bahwa ia ingin tali pengikat yang ada di tangan dan kakinya dilepas sehingga
para malaikat yang menyaksikan tahu bahwa ia taat pada Allah SWT. Peristiwa
yang terjadi berikutnya adalah peristiwa tradisional yang menjadi sejarah hari
raya Idul Adha (hari raya kurban), dimana nabi Ismail ditukar dengan seorang
domba oleh Allah SWT.
Ada satu riwayat yang menyebutkan bahwa Malaikat
Jibril-lah yang membawa domba dan menukarnya dengan nabi Ismail. Pada saat itu,
dituliskan bahwa semesta dan seluruh isinya mengucap takbir demi mengagungkan
kebesaran Allah SWT atas kesabaran nabi Ismail dan nabi Ibrahim dalam
menjalankan perintah yang berat. Sungguh berat hingga bahkan pedang yang
digunakan nabi Ibrahim bingung harus berbuat apa karena di satu sisi nabi
Ibrahim ingin menyembelih nabi Ismail demi menuruti perintah Allah SWT,
sementara Allah SWT memerintahkan agar pedang tersebut tidak menyembelihnya. Perayaan hari raya Idul Adha (hari raya
kurban) diharapkan dapat dimaknai oleh setiap umat Muslim di dunia sebagai
sebagai penanda bahwa Allah SWT akan selalu memberikan jalan keluar dari cobaan
yang Ia berikan pada umatNya.
Assalamualaikum...maaf saya mau nanya.
BalasHapuskak jika kita melaksanakan kurban seminggu setelah lebaran idul adha,hukum itu gimana yah kak?
wassalam
Akikah Jogja