DAMPAK MEDIS SHALAT QIYAMUL LAIL


DAMPAK  MEDIS SHALAT  QIYAMUL LAIL

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ, قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلاً, نِصْفَهُ أَوِ انقُصْ مِنْهُ قَلِيلاً, أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلاً, إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلاً ثَقِيلاً, إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْءاً وَأَقْوَمُ قِيلاً
"Wahai orang yang berselimut, bangunlah sembahyang tahajud pada waktu malam, selain dari sedikit masa (yang tak dapat tidak untuk berehat). Iaitu separuh dari waktu malam, atau kurangkan sedikit daripada separuh itu. Ataupun lebihkan (sedikit)daripadanya: dan bacalah al-Quran dengan ‘Tartil’ (perlahan-lahan). Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat (wahyu yang mengandungi perintah yang berat). Sesungguhnya sembahyang dan ibadat malam lebih kuat kesannya (kepada jiwa), dan lebih tetap betul bacaannya". (Surah Al-Muzzammil, ayat 1-6)
Qiyamullail merupakan amalan rohani Islam  utama  untuk mencapai kesempurnaan hati bagi menjana “rahsia kekuatan ummah”, iaitu mendapat rahmat dan pertolongan Allah S.W.T. 
Qiyamullail Adalah Amalan yang dikerjakan pada ¼ malam sebagai saran untuk mendekatkan diri kepada Allah (Taqarrub), disamping berguna sebagai  amalan akhirat maupun untuk kesehatan jasmani.
Menurut hasil penelitian Mohammad  Sholeh, dosen IAIN Surabaya, salah satu shalat sunah yang  bisa membebaskan  seseorang dari serangan infeksi dan penyakit kanker adalah Qiyamul Lail.  "Jika anda melakukannya secara  rutin, benar, khusuk, dan ikhlas, niscaya anda terbebas dari infeksi dan  kanker".  dalam desertasinya yang berjudul 'Pengaruh  Qiyamul Lail  terhadap peningkatan Perubahan Response ketahanan Tubuh  Imonologik: Suatu Pendekatan Psiko-neuroimunologi"
Qiyamul Lail  jika dilakukan secara kontinyu, tepat gerakannya, khusuk dan ikhlas,  secara medis shalat itu menumbuhkan respons ketahannan tubuh (imonologi)  khususnya pada imonoglobin M, G, A dan limfosit-nya yang berupa persepsi dan  motivasi positif, serta dapat  mengefektifkan kemampuan individu untuk  menanggulangi masalah yang dihadapi (coping).
Parameternya diukur dengan kondisi tubuh.
Pada kondisi  normal: jumlah hormon kortisol pada pagi hari normalnya antara 38-69 nmol/liter. Pada malam hari-atau setelah pukul 24:00 normalnya antara  69-34 nmol/liter.
 "Kalau jumlah hormon kortisolnya normal, bisa  diindikasikan orang itu tidak ikhlas karena tertekan.  Sholeh mendasarkan temuannya itu melalui satu penelitian terhadap 41  responden  SMU Luqman Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah, Surabaya.  Dari 41 siswa itu, hanya 23 yang sanggup bertahan menjalankan Qiyamul Lail selama sebulan penuh. Setelah diuji lagi, tinggal 19 siswa yang  bertahan Qiyamul Lail selama dua bulan. Shalat dimulai pukul 02-00-3:30  sebanyak 11 rakaat, masing masing dua rakaat empat kali salam plus tiga  rakaat. Selanjutnya, hormon kortisol mereka diukur di tiga laboratorium di  Surabaya (paramita, Prodia dan  Klinika).
Hasilnya, ditemukan bahwa kondisi tubuh seseorang yang rajin Qiyamul Lail secara ikhlas berbeda jauh dengan orang yang tidak melakukan Qiyamul Lail.  Mereka yang rajin dan ikhlas Qiyamul Lail memiliki ketahanan tubuh dan  Kemampuan individual untuk menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi dengan  stabil.
"Jadi Qiyamul Lail selain bernilai ibadah, juga sekaligus sarat dengan  muatan psikologis yang dapat mempengaruhi kontrol kognisi. Dengan cara  memperbaiki persepsi dan motivasi positif dan coping yang efectif, emosi  yang positif dapat menghindarkan seseorang dari stress,"

Menurut Sholeh, orang stress itu biasanya rentan sekali terhadap  penyakit kanker dan infeksi. Dengan Qiyamul Lail yang dilakukan secara  rutin dan disertai perasaan ikhlas serta tidak terpaksa, seseorang akan  memiliki respons imun yang baik, yang kemungkinan besar akan terhindar dari  penyakit infeksi dan kanker. Dan, berdasarkan hitungan tekhnik medis  menunjukan, Qiyamul Lail yang dilakukan seperti itu membuat orang  mempunyai ketahanan tubuh yang baik.
Seorang Doktor Neurologi dari Amerika memeluk Islam setelah yakin  dengan pengobatan secara Islam,  ketika ditanya bagaimana dia tertarik untuk  memeluk Islam maka Doktor  tersebut memberitahu bahwa sewaktu kajian saraf yang dilakukan, terdapat  beberapa urat saraf di dalam otak manusia ini tidak dimasuki oleh darah. 
Padahal setiap inci otak manusia memerlukan darah yang cukup untuk berfungsi  secara yang lebih normal.  Setelah membuat kajian yang memakan waktu akhirnya dia menemukan bahwa darah  tidak akan memasuki urat saraf di dalam otak tersebut melainkan ketika  seseorang tersebut shalat yaitu ketika sujud.
Urat tersebut  memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu saja.  Ini  artinya darah akan memasuki bagian urat tersebut mengikut kadar shalat 5  waktu yang di wajibkan oleh Islam. Begitulah keagungan ciptaan  Allah. Jadi barang siapa yang tidak menunaikan Shalat  maka otak tidak  dapat menerima darah yang secukupnya untuk  berfungsi secara normal.
Share on Google Plus

About SHARING INFORMASI

0 komentar:

Posting Komentar